Zaid bin Tsabit pernah ditanya tentang suatu masalah, ia balik bertanya, “Apa yang ditanyakan itu sudah pernah terjadi?” Jawab yang bertanya, “Tidak.” Zaid menjawab,
دَعُوْهُ حَتَّى يَكُوْن
“Tinggalkan bertanya seperti itu sampai hal itu terjadi.”(Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1: 245)
Ada diskusi di masa silam yang seharusnya bisa dijadikan ibrah. Ada seorang ulama yang bernama Syabatun, nama aslinya Ziyad bin ‘Abdurrahman, seorang fakih dan menjadi mufti Andalus. ‘Abdul Malik bin Habib berkata, “Kami berada di sisi Ziyad (Syabatun). Kala itu ada surat dari sebagian raja. Surat tersebut berisi tulisan dan memiliki cap. Syabatun berkata pada kami bahwa isi surat bertanya tentang dua piringan neraca timbangan (pada hari kiamat), apakah terbuat dari emas ataukah perak. Syabatun lantas menulis hadits,
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). (Siyar A’lam An-Nubala, 9: 312)
📚 Jadi, kalau ada yang bertanya, “Bagaimana cara shalat di planet lain?” Jawabnya, suruh dia benar berada di planet. Kalau benar sudah berada di sana, kirim SMS pada kami, baru kami akan beritahu jawabannya.
Artinya, fatwa shalat di planet lain baru bisa dibahas apabila misi ke Mars atau planet lain sudah terwujud. Shalat dari antariksa sudah pernah dilakukan oleh astronot Malaysia.
Baca selengkapnya di sini (*)
Home | UD Paju Marbun | Sultan Group | IMECH | BeritaDekhoCom | TobaPosCom | KBAA
0 comments:
Posting Komentar