Rabu, 06 Oktober 2010

Berhaji Sambil Berdagang di Tanah Suci

Bagi jemaah haji asal negara-negara anggota Federasi Rusia di Asia Tengah, berhaji tidak sekAdar ritual melontar setan (secara simbolisasi) dengan batu (jumrah) tetapi juga membawa barang dagangan ke Tanah Suci.

Jemaah haji asal negara-negara bekas sempalan Uni Soviet itu, seperti diungkapkan oleh Arabnews.com. Selasa (22/12), mendirikan sekitar 500 kios di kawasan Kudai, lahan parkir berjarak sekitar tiga Km dari Masjidilharam, Mekah menawarkan barang-barang elektronika, perkakas rumah tangga, pernik-pernik pakaian wanita, kerajinan tangan, pisau atau pedang untuk hiasan dinding.

Mereka tidak lagi menjual produk-produk "berbau" militer seperti teropong malam, baju, kaos,sepatu, seragam militer atau pernik-pernik keperluan anggota militer lainnya seperti yang dilakukan saat-saat ambruknya Uni Soviet pada dekade 90-an. Sebagian dari mereka juga menjual produk-produk unik dari negara-negara di kawasan Asia tengah itu seperti kaviar, barang barang tenunan dan karpet.

Kawasan pedagang kaki lima yang baru dibuka setelah rangkaian prosesi haji rampung itu lebih banyak dikenal oleh warga yang tinggal di lingkungan kawasan Kudai atau di distrik-distrik tetangganya. Para jemaah haji dari manca negara termasuk dari Indonesia juga jarang "shopping" di pusat perdagangan kaki lima tersebut karena sebagian sudah meninggalkan Mekah, menuju Madinah atau kembali ke tanah air.

Mengingat sebagian barang-barang yang dijual beraneka ragam, namun dengan jumlah terbatas dan bukan produk massal, pasar ini biasanya didatangi oleh pemburu barang-barang unik, khas Asia Tengah atau barang-barang antik dari kawasan itu.

Calon pembeli juga bisa menemukan kitab Quran yang ditulis dengan tinta emas dan gaya kaligrafi Andalusia. Jemaah haji Indonesia umumnya lebih tertarik untuk menyerbu pasar-pasar tradisional misalnya di kawasan belanja seputar bekas "Pasar Seng", dekat Masjidilharam di Mekah atau kawasan belanja Corniche di Jeddah atau kios-kios pedagang kaki lima yang bertebaran di seputar Mesjid Nabawi, Madinah.

Produk Cina mendominasi pasar tradisional itu, mulai dari produk elektronik, mainan anak, karpet, barang-barang keperluan rumah tangga, sampai karpet, pasmina, sajadah dan mukenah.

Indonesia yang merupakan negeri dengan mayoritas pemeluk Islam terbesar di dunia agaknya belum banyak "berbicara" dalam menampilkan produk-produknya bagi jutaan konsumen umat Islam sedunia yang berkumpul di tanah suci untuk menunaikan ibadah haji.

Diperkirakan omset penjualan harian di kawasan kaki lima Kudai mencapai SR 500.000 sekitar (Rp 1,25 miliar), sedangkan selama sekitar satu bulan kegiatan, diperkirakan pedagang-pedagang kaki lima dari Federasi Rusia itu bisa mengantongi sampai SR 15 juta (sekitar 37,5 miliar). Kawasan Kudai selain menjadi pusat kaki lima juga menjadi tempat pengambilan air Zamzam yang dialirkan dari sumbernya di kawasan Masjidilharam melalui pipa bawah tanah.

0 comments:

Posting Komentar

Featured News

PHA3M Home | UD Paju Marbun | Sultan Group | IMECH | BeritaDekhoCom | TobaPosCom | © 2014 - Designed by Templateism.com, Distributed By Templatelib